Memanfaatkan secuil kayu, penghapus pensil, pengaduk kopi, serta roda dari mainan Hot Wheels bekas,
skateboarder Lance Bass menciptakan sebuah papan
skateboard mini pada akhir 1970-an.
Tak disangka, proyek iseng-iseng itu berubah jadi industri besar setelah pabrik mainan seperti Tech Deck turun tangan untuk memproduksinya secara masal. Hingga saat ini,
fingerboarding (
finger-skateboard) tetap populer dan memiliki banyak penggemar fanatik.
Mengasyikkan, karena pengguna bisa melakukan berbagai trik permainan
skateboard sungguhan. Mudah, sebab
fingerboard bisa dimainkan di mana saja, bahkan di dalam kamar sekalipun.
Aman, lantaran pengguna terhindar dari risiko cedera. Di Indonesia, permainan ini mulai menggejala di kalangan anak muda sejak dua tahun silam. Gaungnya semakin kentara setelah Muhammad Erlangga, 24, membuat komunitas
Fingerboard Indonesia di
Facebook.
Sejauh ini, responsnya memang cukup baik dengan 1.454 anggota. Menurut Angga, cara memainkan
fingerboard tak beda jauh dengan dasar-dasar bermain
skateboard.
|
Design Oce b00s!! |
”Tak ada panduan baku soal cara memainkan atau menggerakkan papan mini
fingerboard. Semuanya bebas tergantung kenyamanan pemain,” katanya.
Untuk melakukan lompatan Ollie, pemain harus menghentak bagian belakang papan dengan jari tengah, kemudian ditahan ke depan dengan jari telunjuk.
Sebenarnya papan dan rintangan yang digunakan sama dengan
skateboard normal. Bedanya, hanya ukuran papan dan rintangan yang dibuat dalam skala kecil. Sementara yang ”bertengger” di atas papan bukan lagi dua kaki, melainkan dua jari yakni telunjuk dan jari tengah.
Seru dan rasa penasaran muncul saat pemain mulai mencoba-coba trik atau gerakan baru. Ada ratusan gerakan yang bisa dipelajari.
Pemain juga bisa menciptakan gerakannya sendiri. Ada gerakan-gerakan standar seperti
kick flip (memutar papan ke samping), hingga
switch alias mengganti fungsi masing-masing jari telunjuk dan jari tengah.
”Waktu awal mencoba, saya enggak nyangka kalau ternyata bisa meniru gerakan di
skateboard dengan menggunakan
fingerboard. Jadi, asyik banget bagi mereka yang bisa main
skateboard maupun yang kesulitan mencoba trik saat bermain
skateboard,” kata Angga.
Dan, bukan berarti bermain
fingerboard tak ada tantangannya. Mereka yang sudah terbiasa bermain
skateboard pun tetap harus beradaptasi untuk ngetrik di
fingerboard.
”Saya saja butuh waktu beberapa hari untuk bisa mahir Ollie, karena begitu mencoba tangannya masih gemetaran,” kata Alldhika, yang sudah delapan tahun bermain
skateboard.
Beberapa trik sulit juga bisa memakan waktu bulanan untuk dikuasai. Untuk melakukan trik sederhana
switch saja, Alldihika butuh waktu dua minggu.
Ada juga gerakan yang bisa dilakukan di
fingerboard, tapi akan sulit dirapal di
skateboard. Misalnya
impossible indy shove body, yakni memutar papan dengan jari tengah, menangkapnya dengan jari manis, diputar 180 derajat ke arah luar, dan terakhir ditangkap lagi dengan posisi menukar jari telunjuk dan jari tengah.
”Kalau di
skateboard akan sulit melakukannya karena rentan cedera. Tapi kalau di
fingerboard, tingkat cederanya paling cuma 0,5%,” kata Angga, yang juga pendiri komunitas
Fingerboard Indonesia di
Facebook.
Jika sedang belajar gerakan atau ngetrik, pemain bisa lupa segalanya. Taffyanda, 14, bisa asyik di kamarnya seharian untuk belajar gerakan baru. ”Kalau sudah bisa rasanya puas banget dan ingin coba yang lebih susah,” ujarnya semangat.
|
Track Lengkap,, dijamin asyik gan.. |
Permainan akan semakin menantang jika si pemain memiliki alat dan rintangan sendiri (yang tentunya dalam ukuran mini). Misalnya
rail (sejenis besi/pipa panjang untuk meluncur),
mini ramp (media berbentuk lahan miring),
quarter pipe (mini ramp dalam bentuk setengah), tangga, atau
banks (sejenis balok kayu persegi).
Di sinilah letak keasyikannya, karena pemain harus bisa mengontrol gerak papan dan mendaratkannya tepat di rintangan. Bentuk dan karakter rintangan yang berbeda-beda membuat pemain harus pintar-pintar mengatur strategi meluncur.
Jika tidak, gerak papan akan tersendat atau sering jatuh. Nah, saat menggunakan rintangan-rintangan tersebut, kualitas papan menjadi pertimbangan utama. Asal tahu saja, tiap-tiap papan punya bentuk atau lekuknya masing-masing. Semuanya lagi-lagi bergantung kenyamanan pemain.
”Papan dengan ujung lebih tinggi akan membuat lompatan makin tinggi, tapi juga lebih susah dimainkan. Pemilihan lebar papan juga bergantung besarnya jari pemain, ada yang standar ada juga yang
wide,” ujar Angga.
Tak cuma papan, roda dan
truck (penghubung roda) juga punya karakteristik berbeda.
Roda dengan
bearing (lapisan metal di dalamnya) akan membuat laju papan lebih cepat dan lancar. Sebaliknya, roda
non-bearing membuat laju papan sering berhenti di tengah jalan.
Bearing akan sangat diperlukan jika sudah bermain dengan rintangan.
”Kadang estetika juga diperhatikan sama pemain. Ada papan yang enak dimainkan, tapi secara estetika kurang menarik dilihat,” kata Angga, yang memiliki 10 jenis papan
fingerboard.